Pengalaman Puasa di Ujung Utara Bumi

Jujur saja, berpuasa di Indonesia senantiasa lebih merupakan anugerah daripada penderitaan. Masih terbilang enteng dibanding di "negeri-negeri utara".
Masih segar dalam ingatan saat saya menjalani puasa di Rusia enam tahun silam. Ramadhan yang jatuh pada 1 Agustus itu, bumi utara lagi kebagian matahari mencorong alias sedang musim panas. Hampir sepanjang hari, sang mentari banyak nongol dan hanya terlelap dalam waktu yang amat singkat. Akibatnya, puasa menjadi panjang dan sangat melelahkan jiwa dan raga.
Berdasarkan kalender puasa saat itu, ibu kota Rusia, sebagai salah satu kota di ujung utara bumi, memulai puasa puasa (imsak) pada 03:15 dini hari dan berbuka pada 21:37. Bila dikalkulasi, para muslim di Rusia pada hari penuh berkah itu telah menahan lapar dan dahaga pada kisaran 18,5 jam. Atau enam jam lebih panjang dibandingkan di Indonesia.
Luar biasa.
Silakan membayangkan, waktu buka puasa jatuh pada 21:30 lalu salat Magrib dilanjutkan makan malam, maka semua itu baru akan selesai pada 22:30. Istirahat sejenak kemudian Isya datang pada 23:28 - nyaris tengah malam.
Nah, bila dirangkaikan dengan salat tarawih di masjid dengan segala tadarus dan doanya, maka seorang muslim dari kota ujung dunia itu baru akan sampai rumah pada 01:30 dini hari. Lalu, tidur kira-kira selama dua jam dan bangun kembali untuk sahur.
Bukan hanya itu, pada musim panas, maka suhu udara juga naik menjadi sekitar 33 derajat Celcius saat siang hari. Tentu saja hal ini menjadikan tenggorokan sangat kering karena udara di sana tidak lembab. Pada musim panas 2010, Moskow mendapatkan udara panas hingga 40 derajat plus kebakaran hutan yang amat akut.
 
Waktu cepat bergulir. Pada 10 Agustus 2011, misalnya, imsak sudah berubah menjadi pukul 03:30 atau mengalami pergeseran 15 menit dan buka puasa pada 21:18. Sepuluh hari kemudian, imsak jatuh pada 03:40 dan buka puasa pada 20:55. Sedangkan pada puasa terakhir, imsak sudah mundur ke angka 04:10 dan buka puasa pada 20:28.


Sebenarnya, puasa 18,5 jam di Rusia saat itu bukanlah puasa terpanjang. Puasa paling lama di bumi utara justru datang di Rusia pada tahun-tahun ini, saat Ramadan bertepatan dengan minggu terakhir Juni hingga awal Juli. Itulah puncak musim panas di sana. Ketika mata masih terkantuk-kantuk bangun tidur, matahari sudah nongol dan ketika mata mulai terpejam di atas kasur, sang mentari masih mencorong.
Puasa hari pertama di Moskow pada 27 Mei 2017 ini, imsak jatuh pukul 01:50 dan matahari terbit pada 03:54. Adapun Magrib (iftar) jatuh pada pukul 21.00. Hitung sendiri berapa lamanya. Perkiraan 19 jam lebih sedikit.
Pada minggu ketiga Juni, imsak biasanya jatuh pada pukul 02:40 dan buka puasa pada 22:20 serta Isya pada 00:11. Bila saja puasa dijalankan sepenuhnya, maka seseorang harus mampu menahan lapar dan dahaga hampir 20 jam lamanya.
Bahkan di beberapa tempat karena kekhususan lokasinya, nyaris tidak punya malam hari. Di St. Petersburg, misalnya, di sana pada minggu ketiga bulan Juni sering terjadi apa yang disebut white night, malam tanpa gelap. Kalau kebetulan menemui kejadian ini, maka bisa jadi matahari hanya sempat tidur dalam hitungan satu jam saja.
Kalau sudah tahu demikian, mestinya kaum muslim di Indonesia tidak perlu berkeluh kesah. Lamanya puasa masih belum ekstrim. Berbekal niat yang kuat dan semangat memperbaiki diri, insyaallah berpuasa akan mendatangkan keberkahan lahir dan batin.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

6 CARA PENYEBARAN ISLAM di INDONESIA

Tips and Trick Bulking Untuk Si Badan Kecil dan Kurus